Trilogi Merlin Kecil


Judul : Trilogi Merlin Kecil (Buku 1,2,3)
Pengarang : Jane Yolen
Penerbit : Little Serambi
Harga : Rp. 40.000 (dijual set)
Kondisi : Baru-Segel

Sinopsis:

Buku Pertama (PASSAGER):
Halaman : 128

Inggris di abad pertengahan. Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dibuang ke hutan. Satu tahun berlalu. Satu tahun yang penuh cobaan dan kelaparan, satu tahun yang diisi dengan tidur di atas pohon, berburu makanan, dikejar-kejar gerombolan anjing liarsatu tahun tidak ingat apa pun. Sampai pada suatu hari, seorang penjinak elang menangkap dan menjinakkan anak itu, seperti menjinakkan passager, burung liar yang ditangkap dan dilatih.

Dia mengajarkan kembali segala sesuatu yang telah dilupakan anak itu, dan pada suatu malam, menemukan nama anak itu yang sesungguhnya, serta kemampuan sihir yang akan menjadi miliknya ketika dia beranjak dewasa.Dalam trilogi yang lugas ini, Jane Yolen mengungkapkan asal-usul penyihir terhebat sepanjang masa, dengan menggambarkan Merlin yang lebih manusiawi sekaligus lebih magis dari yang pernah kita dengar sebelumnya.

Dia menahan lapar malam itu.Ini bukan yang pertama kalinya.Anak itu sangat kurus. Tulang lututnya menonjol. Sikunya runcing seperti kepala anak panah, dan tubuhnya yang cokelat terbakar matahari penuh bekas luka gores. Rambutnya yang lurus dan berwarna gelap tergerai di wajahnya, dan sering menutupi matanya yang sehijau hutan dengan semburat keemasan, bagaikan sinar matahari yang menerawang.Dia bisa tertawa saat melihat tingkah binatang-binatang muda yang konyol, tetapi dia tidak bisa berkelakar.

Dia mampu menirukan kicauan burung, tetapi dia tidak bisa bernyanyi. Dia menyukai air hujan yang menetes di rambutnya dan membasahi pipinya, tetapi dia tidak menangis. Binatang tidak menangis.Dia berusia delapan tahun dan seorang diri.

Buku Kedua (HOBBY):
Halaman : 152

Merlin kecil bermimpi tentang seekor burung berdada merah laksana bara api. Saat terbangun, ia menemukan rumahnya habis dilahap api, keluarganya mati, dan hidupnyasekali lagihancur. ia bermimpi tentang seorang penyihir dan sebuah kastil beroda. Tak lama kemudian, dengan nama Hawk, ia mulai berkelana dengan sepasang artis pasar malam keliling.

Mereka menamainya Hobby, nama sejenis elang kecil. Mereka memanfaatkan kemampuannya memimpikan masa depan demi mengeruk keuntungan untuk mereka sendiri.Akan tetapi, mimpi-mimpi anak itu tak pernah menjadi nyata secara persis. Mimpi-mimpi itu harus ditafsirkan terlebih dulu. Dan tak seorang punterutama si anakyang mampu meramalkan segala kekacauan yang sesungguhnya akan terjadi di masa depan.Sebagai Hobby, anak itu bertemu dengan sejumlah petani dan pangeran.

Sebagai Hawk, ia diburu tetapi juga ditakuti. Dan sebagai Merlin, ia selamanya mencari keluarga yang terus pergi meninggalkannya."Ah," kata si pesulap sambil mengedipkan sebelah matanya kepada anak itu. "Dan siapakah namamu? Aku kan tidak bisa terus-terusan memanggilmu Nak."Hawk menunduk. Dia ragu-ragu."Ayolah, aku tidak akan memukulmu. Apa pun yang kaukatakan, kau tetap boleh meyimpan uang koin itu. Apalah arti sebuah nama!"Akan tetapi, anak itu tahu benar bahwa sebuah nama sangat berarti. Apalagi saat berada di dekat kekuatan istimewa seperti yang dimiliki sang pesulap. Dia menarik napas panjang. Namaku Hawk, katanya.Oh jadi, namamu Hawk, seperti burung elang! Ambrosius tersenyum dengan hati-hati. Mungkin suatu hari nanti, kau akan tumbuh menjadi sehebat nama itu.

Dan mungkin memang itulah namamu yang sesungguhnya. Terkadang, demi alasan keamanan, kita harus berganti nama. Kau terlalu kurus untuk seekor elang. Bahkan untuk seekor anak elang sekalipun, kau masih belum cocok!Suara unggas berkotek terdengar dari dalam kereta. Tek kotek kotek, suara itu terdengar dengan nada tinggi.Ambrosius menengok sejenak. "Kata Viviane, kau benar-benar seekor elang, tetapi elang kecil. Mungkin seekor hobby." "Hobby," bisik si anak. Dia tahu bahwa seekor hobby lebih besar daripada merlinburung elang yang kecil. Si anak meremas koin tembaga yang diberikan kepadanya kencang-kencang sehingga meninggalkan bekas pada telapak tangannya. "Hobby."

Buku Ketiga (MERLIN) :
Halaman : 150

Untuk melarikan diri dari mimpi-mimpi yang terus menderanya, Merlin kecil berlari jauh ke hutan yang ternyata sama berbahayanya dengan kota yang baru saja ditinggalkannya. Di sana, dia jatuh ke tangan wodewose manusia-manusia liar yang menurut legenda hidup bersama ular berbisa dan para serigala, serta memangsa anak-anak. Namun, Merlin mendapati bahwa walaupun hidup liar, para wodewose merupakan sebuah keluarga besar. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak dikehendaki: anak-anak terlantar, pria-pria yang terbuang dari masyarakat, dan wanita-wanita yang melarikan diri. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Merlin merasa menemukan tempat di mana anak sebatang kara seperti dirinya dikehendaki. Sayangnya, tak lama setelah tiba di sana, Merlin pun mulai bermimpi. Dan mimpi itu serta-merta membuatnya tersisih, seperti orang terbuang di tengah-tengah orang buangan. Merlin kemudian menemukan bahwa jalan keluar dari semua itu ada pada seorang anak berambut pirang yang berteman dengan serigala dan beruang seorang anak yang akan menjadi raja, seperti yang diramalkan para wodewose. Kali ini, ketika dia melihat keluar, pemandangan tampak begitu indah. Beberapa pria liar sedang membentangkan lembaran kulit di antara pepohonan muda; para wanita sedang mengobrol dengan riang sambil menjahit kulit rusa dengan jarum-jarum yang terbuat dari tulang. Anak-anak memainkan permainan yang dia kenal: petak umpet, lompat kodok, tarik tambang, dan sebagainya. Semua tampak seperti suasana pedesaan yang biasa dia temui, seakan-akan dia berada di rumah. Kecuali pikirnya kecuali bahwa rumah-rumah yang ada di sini berbentuk tenda, tidak ada jalan-jalan di sekitarnya, dan dia terperangkap dalam sangkar yang tergantung di udara, sementara mereka yang menawannya menunggunya untuk menceritakan mimpi-mimpinya. Hawk-Hobby tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya jika dia gagal bermimpi, dan dia terlalu takut untuk bertanya.